Dalam era hustle culture dan motivasi 24/7, produktivitas dianggap sebagai lambang kesuksesan. Namun, tanpa disadari, dorongan untuk terus-menerus “bermanfaat” bisa berubah jadi jebakan beracun: toxic productivity.
Apa Itu Toxic Productivity?
Toxic productivity adalah kondisi saat seseorang merasa harus terus bekerja atau berkarya, bahkan saat tubuh dan pikiran sudah kelelahan. Istirahat dianggap sebagai “kemalasan”, dan hasil kerja menjadi tolok ukur utama nilai diri.
Misalnya: sedang istirahat tapi merasa bersalah karena tidak mengerjakan sesuatu. Atau, terus cari kesibukan bahkan saat hari libur karena takut dianggap tidak produktif.
Tanda-Tanda Kamu Terjebak
- Merasa bersalah saat tidak melakukan apa-apa.
- Sulit menikmati waktu luang tanpa memikirkan pekerjaan.
- Mengabaikan kesehatan demi menyelesaikan target.
- Mengukur nilai diri dari seberapa banyak yang kamu capai.
- Menolak bantuan karena merasa harus bisa semuanya sendiri.
Kalau beberapa poin di atas terasa relate, kamu mungkin sedang berada di zona toxic productivity.
Kenapa Berbahaya?
- Burnout: Tubuh dan mentalmu tidak diciptakan untuk terus berlari.
- Kehilangan makna kerja: Fokusmu hanya pada hasil, bukan proses atau nilai.
- Relasi terganggu: Kamu jadi sulit hadir utuh untuk keluarga atau teman.
- Kesehatan menurun: Kurang tidur, stres berkepanjangan, hingga gangguan fisik.
Toxic productivity tampak keren di permukaan, tapi perlahan menggerogoti kehidupan dari dalam.
Cara Keluar dari Jerat Toxic Productivity
- Redefinisikan arti produktif.
Produktif bukan berarti sibuk terus, tapi tahu kapan harus bergerak dan kapan harus berhenti. - Jadwalkan istirahat seperti kamu menjadwalkan meeting.
Waktu kosong juga bagian dari manajemen waktu. - Rayakan hal kecil.
Kamu tidak harus selalu “besar” untuk merasa bangga atas diri sendiri. - Berlatih mindful & slow living.
Latih hadir penuh di saat ini, bukan hanya mengejar “nanti”.
Menjadi Manusia, Bukan Mesin
Di tengah budaya yang memuja kesibukan, kita perlu mengingat bahwa kita adalah manusia, bukan algoritma. Produktivitas yang sehat adalah tentang keseimbangan, bukan tekanan.