Jakarta – Thenextlifestyle.com – Enea Bastianini telah menjadi sorotan dalam ajang MotoGP Catalunya setelah ia secara tegas menolak untuk menjalankan penalti yang diberikan kepadanya. Keputusan Bastianini ini memunculkan pertanyaan mengenai proses pengambilan keputusan di balik aturan balapan dan bagaimana penalti diterapkan.
Bastianini, yang merupakan pembalap tim Ducati MotoGP, mengungkapkan bahwa penolakan terhadap penalti tersebut merupakan bentuk protes yang disampaikannya terhadap keputusan yang diambil oleh para steward. Dia meyakini bahwa tindakannya didukung sepenuhnya oleh tim dan manajemen Ducati.
Penalti diberikan kepada Bastianini setelah insiden di tikungan 1-2 ketika ia sedang berjuang melawan Alex Marquez untuk merebut posisi kedelapan. Meskipun catatan waktu menunjukkan bahwa Bastianini tidak kehilangan waktu di sektor tersebut, ia merasa bahwa keluarnya dari lintasan bukan disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Menurut Bastianini, aksi keluar dari lintasan tersebut merupakan respons terhadap ‘serangan’ yang dilakukan oleh Marquez, yang membuatnya terdorong ke luar jalur.
Walaupun diperingatkan dengan penalti long-lap, Bastianini menolak untuk menjalankannya. Konsekuensinya, penalti tersebut kemudian diubah menjadi penalti waktu 32 detik setelah balapan selesai. Bastianini harus menerima penurunan sembilan posisi dan kehilangan poin sebagai akibat dari penalti yang diterapkan.
Dalam pembelaannya, Bastianini menegaskan bahwa situasi balapan harus dievaluasi secara lebih luas daripada hanya mengikuti aturan secara harfiah. Dia menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks dan situasi yang terjadi di lintasan. Bastianini juga meminta panel steward, didampingi oleh bos timnya, Davide Tardozzi, untuk mempertimbangkan ulang keputusan tersebut. Dukungan dari timnya menunjukkan ketidakpuasannya terhadap sistem penegakan aturan dalam ajang MotoGP.
Insiden ini tidak hanya menyoroti keputusan Bastianini untuk menolak penalti, tetapi juga memunculkan pertanyaan mengenai proses penegakan aturan dan transparansi dalam pengambilan keputusan di MotoGP. Hal ini menunjukkan pentingnya dialog terbuka antara pembalap, tim, dan pihak penyelenggara untuk meningkatkan keadilan dan konsistensi dalam balapan.